Kamis, November 29, 2018
Selasa, November 27, 2018
Kaitan Sholat Waktu Subuh di Awal Waktu dengan Alam Semesta
Pada waktu subuh, alam berada dalam spektrum warna biru muda yang bersesuaian dengan frekuensi tiroid (kelenjar gondok), dalam ilmu Fisiologi, Tiroid mempunyai pengaruh terhadap sistem metabolisma tubuh manusia, warna biru muda juga mempunyai rahasia tersendiri berkaitan dengan rejeki dan cara berkomunikasi. Mereka yang masih tertidur nyenyak pada waktu Subuh dapat menghadapi masalah rejeki dan komunikasi.
Mengapa demikian? Karena tiroid tidak dapat menyerap tenaga biru muda di alam semesta ketika roh dan jasad masih tertidur. Pada saat adzan subuh berkumandang, tenaga alam ini berada pada tingkatan optimal, tenaga inilah yang kemudian diserap oleh tubuh kita terutama pada waktu ruku dan sujud.
Di antara kita sudah mengetahui keistimewaan waktu Subuh, melihat waktu dengan kacamata bahaya waktu Subuh apabila kita tidak dapat memanfaatkannya.Rasulullah Solallahu Alaihi Wasalam bersabda:
وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ …….
“…dan barangsiapa yang salat subuh berjamaah, maka ia bagaikan shalat semalam suntuk”(HR Muslim).
Shalat semalam suntuk adalah shalat yang dikerjakan mulai dari tenggelamnya matahari sampai terbit fajar. shalat selama kurang lebih sepuluh jam…, atau kurang lebih 150 kali shalat. Betapa agung fadilah shalat subuh berjamaah ini, sebaliknya betapa malangnya orang yang tergilas waktu Shubuh, orang-orang yang mengabaikan shalat subuh berjamaah di Masjid.
Waktu Subuh juga lebih berbahaya dari api yang menyala-nyala. Mengapa demikian tahukah Anda bahwa Rasulullah Solallahu alaihi wasalam menyetarakan dengan orang munafik bagi yang tidak mampu dan enggan melaksanakan sholat subuh berjamaah di masjid.
Rasulullah Solallahu alaihi wasalam bersabda :
“Sesungguhnya tiada yang dirasa berat oleh seorang munafik, kecuali melaksanakan Shalat Isya’ dan Shalat Subuh berjamaah, sekiranya mereka tahu akan keagungan pahalanya, niscaya mereka bakal mendatanginya (ke masjid, shalat berjamaah) sekalipun harus berjalan merangkak-rangkak” (HR Bukhari Muslim).
Orang yang melalaikan dan tergerus waktu Shubuh hingga tak mampu mendatangi masjid untuk shalat berjamaah adalah orang yang dalam keadaan sangat berbahaya, sangat merugi dan sangat celaka, karena disetarakan dengan orang munafik. Padahal, ancaman bagi orang munafik adalah dilemparkan ke dasarnya Neraka jahanam. Naudzubillahimin dzalik.
Bukankah dasar neraka jahanam jauh lebih berbahaya dari sekedar kobaran api yang menayala-nyala…. Agar kita selalu tidak lalai dan terkena gilasan waktu Subuh yang lebih menyengsarakan dari derita kemiskinan dan kefakiran, dan panasnya kobaran api, maka : قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ “Katakanlah…“Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai waktu Shubuh.” (QS. Al Falaq :1)
Maka mari bersegera memanfaatkan waktu Shubuh sebaik-baiknya. Lakukan shalat sunnah Qabliyah Subuh (shalat fajar) dan Shalat Subuh berjamaah di Masjid di awal waktu setelah azan berkumandang.
Disitu ditulis “Kami kaum yahudi sangat takut ketika orang Islam melakukan Sholat Subuh berjamaah seperti banyaknya Jama’ah sholat Jum’at”. Karena mereka mengetahui keistimewaan Sholat Subuh itu. Bahkan, dalam sebuah hadis Rasulullah Solallahu Alaihi Wasalam menyebutkan bila umat Islam mengetahui bagaimana istimewanya shalat shubuh, maka mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak. (HR.Bukhari-Muslim)
Mengapa demikian? Karena tiroid tidak dapat menyerap tenaga biru muda di alam semesta ketika roh dan jasad masih tertidur. Pada saat adzan subuh berkumandang, tenaga alam ini berada pada tingkatan optimal, tenaga inilah yang kemudian diserap oleh tubuh kita terutama pada waktu ruku dan sujud.
Di antara kita sudah mengetahui keistimewaan waktu Subuh, melihat waktu dengan kacamata bahaya waktu Subuh apabila kita tidak dapat memanfaatkannya.Rasulullah Solallahu Alaihi Wasalam bersabda:
وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ …….
“…dan barangsiapa yang salat subuh berjamaah, maka ia bagaikan shalat semalam suntuk”(HR Muslim).
Shalat semalam suntuk adalah shalat yang dikerjakan mulai dari tenggelamnya matahari sampai terbit fajar. shalat selama kurang lebih sepuluh jam…, atau kurang lebih 150 kali shalat. Betapa agung fadilah shalat subuh berjamaah ini, sebaliknya betapa malangnya orang yang tergilas waktu Shubuh, orang-orang yang mengabaikan shalat subuh berjamaah di Masjid.
Waktu Subuh juga lebih berbahaya dari api yang menyala-nyala. Mengapa demikian tahukah Anda bahwa Rasulullah Solallahu alaihi wasalam menyetarakan dengan orang munafik bagi yang tidak mampu dan enggan melaksanakan sholat subuh berjamaah di masjid.
Rasulullah Solallahu alaihi wasalam bersabda :
“Sesungguhnya tiada yang dirasa berat oleh seorang munafik, kecuali melaksanakan Shalat Isya’ dan Shalat Subuh berjamaah, sekiranya mereka tahu akan keagungan pahalanya, niscaya mereka bakal mendatanginya (ke masjid, shalat berjamaah) sekalipun harus berjalan merangkak-rangkak” (HR Bukhari Muslim).
Orang yang melalaikan dan tergerus waktu Shubuh hingga tak mampu mendatangi masjid untuk shalat berjamaah adalah orang yang dalam keadaan sangat berbahaya, sangat merugi dan sangat celaka, karena disetarakan dengan orang munafik. Padahal, ancaman bagi orang munafik adalah dilemparkan ke dasarnya Neraka jahanam. Naudzubillahimin dzalik.
Bukankah dasar neraka jahanam jauh lebih berbahaya dari sekedar kobaran api yang menayala-nyala…. Agar kita selalu tidak lalai dan terkena gilasan waktu Subuh yang lebih menyengsarakan dari derita kemiskinan dan kefakiran, dan panasnya kobaran api, maka : قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ “Katakanlah…“Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai waktu Shubuh.” (QS. Al Falaq :1)
Maka mari bersegera memanfaatkan waktu Shubuh sebaik-baiknya. Lakukan shalat sunnah Qabliyah Subuh (shalat fajar) dan Shalat Subuh berjamaah di Masjid di awal waktu setelah azan berkumandang.
Disitu ditulis “Kami kaum yahudi sangat takut ketika orang Islam melakukan Sholat Subuh berjamaah seperti banyaknya Jama’ah sholat Jum’at”. Karena mereka mengetahui keistimewaan Sholat Subuh itu. Bahkan, dalam sebuah hadis Rasulullah Solallahu Alaihi Wasalam menyebutkan bila umat Islam mengetahui bagaimana istimewanya shalat shubuh, maka mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak. (HR.Bukhari-Muslim)
Rabu, November 21, 2018
Kerjabakti Dadakan
Malam Selasa Perumahan Kalisuren Paradise dan sekitarnya, terjadi hujan lebat disertai angin, sampai-sampai atap Musholla Al Mubarok terbang porak poranda, akhirnya bertepatan dengan hari libur Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, sebagian Pengurus DKM dimulai pukul 07.00 WIB. s.d. Adzan Ashar, melakukan kerja bakti dadakan:
Selasa, November 20, 2018
Senin, November 19, 2018
Pengajian Bulanan DKM yang kedua
Malam tadi, Ahad malam Senin tanggal 18 November 2018 atau bertepatan dengan tanggal 10 Rabi'ul Awal 1440 H. telah dielenggarakan Pengajian Bulanan DKM Musholla Al Mubarok yang kedua kalinya, yang diisi oleh Ustadz Muhammadun (Baitussalam/ INKOPAD).
Alhamdulillah acara berjalan lancar dan meriah dan didukung oleh cuaca yang cerah. Berikut Dokumentainya:
Jumat, November 16, 2018
Penyesalan Sya'ban RA di Penghujung Hayatnya
ALKISAH seorang sahabat bernama Sya’ban RA. Ia adalah seorang sahabat yang tidak menonjol dibandingkan sahabat-sahabat yang lain.
Ada suatu kebiasaan unik dari Sya’ban RA ini, yaitu setiap masuk masjid sebelum sholat berjamaah dimulai dia selalu beritikaf dipojok depan masjid.
Dia mengambil posisi di pojok bukan karena supaya mudah senderan atau tidur, namun karena tidak mau mengganggu orang lain dan tak mau terganggu oleh orang lain dalam beribadah.
Kebiasaan ini sudah dipahami oleh sahabat bahkan oleh RasululLah Shallallahu `alaihi Wa Sallam, bahwa Sya’ban RA selalu berada di posisi tersebut termasuk saat sholat berjamaah.
Suatu pagi saat sholat subuh berjamaah akan dimulai RasululLah Shallallahu `alaihi Wa Sallam mendapati bahwa Sya’ban RA tidak berada di posisinya seperti biasa. Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam pun bertanya kepada jamaah yang hadir apakah ada yang melihat Sya’ban RA. Namun tak seorangpun jemaah yang melihat Sya’ban RA.
Sholat subuhpun ditunda sejenak untuk menunggu kehadiran Sya’ban RA. Namun yang ditunggu belum juga datang.
Khawatir sholat subuh kesiangan, Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam memutuskan untuk segera melaksanakan sholat subuh berjamaah.
Selesai sholat subuh, Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya apa ada yang mengetahui kabar dari Sya’ban RA.
Namun tak ada seorangpun yang menjawab.
Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya lagi apa ada yang mengetahui di mana rumah Sya’ban RA.
Kali ini seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia mengetahui persis di mana rumah Sya’ban RA.
Rasulullah Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang khawatir terjadi sesuatu dengan Sya’ban RA meminta diantarkan ke rumah Sya’ban RA.
Perjalanan dengan jalan kaki cukup lama ditempuh oleh Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam dan rombongan sebelum sampai ke rumah yang dimaksud.
Rombongan Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam sampai ke sana saat waktu afdol untuk sholat dhuha (kira-kira 3 jam perjalanan).
Sampai di depan rumah tersebut beliau Shallallahu `alaihi Wa Sallam mengucapkan salam. Dan keluarlah seorang wanita sambil membalas salam tersebut.
“ Benarkah ini rumah Sya’ban RA?” Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya.
“Ya benar, saya istrinya” jawab wanita tersebut. “
Bolehkah kami menemui Sya’ban RA, yang tadi tidak hadir saat sholat subuh di masjid?” .
Dengan berlinangan air mata istri Sya’ban RA menjawab:
“ Beliau telah meninggal tadi pagi”
InnaliLahi wainna ilaihirojiun…SubhanalLah , satu – satunya penyebab dia tidak solat subuh berjamaah adalah karena ajal sudah menjemputnya.
Beberapa saat kemudian istri Sya’ban bertanya kepada Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam,
“Ya Rasul ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali dengan masing–masing teriakan disertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya”.
“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam. Di masing–masing teriakannya dia berucap kalimat,
“Aduuuh, kenapa tidak lebih jauh.”
“Aduuuh, kenapa tidak yang baru.“
“Aduuuh, kenapa tidak semua.”
Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam pun melantukan ayat yang terdapat dalam surat Qaaf (50) ayat 22 yang artinya:
“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.“
Saat Sya’ban RA dalam keadaan sakratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bukan cuma itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Apa yang dilihat oleh Sya’ban RA (dan orang yang sakratul maut), tidak bisa disaksikan oleh yang lain.
Dalam pandangannya yang tajam itu Sya’ban RA melihat suatu adegan di mana kesehariannya dia pergi pulang ke Masjid untuk sholat berjamaah lima waktu.
Perjalanan sekitar 3 jam jalan kaki sudah tentu bukanlah jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula Sya’ban RA diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah–langkah nya ke Masjid.
Dia melihat seperti apa bentuk surga ganjarannya. Saat melihat itu dia berucap:
“Aduuuh, kenapa tidak lebih jauh.”
Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban RA, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih banyak dan surga yang didapatkan lebih indah.
Dalam penggalan berikutnya Sya’ban RA melihat saai ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin. Saat ia membuka pintu berhembuslah angin dinginyang menusuk tulang. Dia masuk kembali ke rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Jadi dia memakai dua buah baju.
Sya’ban RA sengaja memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut) di luar. Pikirnya jika kena debu, sudah tentu yang kena hanyalah baju yang luar, sampai di masjid dia bisa membuka baju luar dan solat dengan baju yang lebih bagus.
Dalam perjalanan ke tengah masjid dia menemukan seseorang yang terbaring kedinginan dalam kondisi yang mengenaskan.
Sya’ban RA pun iba , lalu segera membuka baju yang paling luar dan dipakaikan kepada orang tersebut dan memapahnya untuk bersama–sama ke masjid melakukan sholat berjamaah.
Orang itupun terselamatkan dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan sholat berjamaah.
Sya’ban RA pun kemudian melihat indahnya sorga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut.
Kemudian dia berteriak lagi :
“Aduuuh, kenapa tidak yang baru.“
Timbul lagi penyesalan di benak Sya’ban RA. Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yang begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.
Berikutnya Sya’ban RA melihat lagi suatu adegan saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke segelas susu. Bagi yang pernah ke tanah suci sudah tentu mengetahui sebesar apa ukuran roti arab (sekitar 3 kali ukuran rata-rata roti Indonesia)
Ketika baru saja hendak memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta diberikan sedikit roti karena sudah lebih 3 hari perutnya tidak diisi makanan. Melihat hal tersebut, Sya’ban RA merasa iba.
Ia kemudian membagi dua roti itu sama besar, demikian pula segelas susu itu pun dibagi dua. Kemudian mereka makan bersama–sama roti itu yang sebelumnya dicelupkan susu, dengan porsi yang sama.
Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian memperlihatkan ganjaran dari perbuatan Sya’ban RA dengan surga yang indah.
Ketika melihat itu diapun berteriak lagi:
“Aduuuh, kenapa tidak semua.”
Sya’ban RA kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut tentulah dia akan mendapat sorga yang lebih indah. Masyaallah.
*sumber: ArsipIslampos
Ada suatu kebiasaan unik dari Sya’ban RA ini, yaitu setiap masuk masjid sebelum sholat berjamaah dimulai dia selalu beritikaf dipojok depan masjid.
Dia mengambil posisi di pojok bukan karena supaya mudah senderan atau tidur, namun karena tidak mau mengganggu orang lain dan tak mau terganggu oleh orang lain dalam beribadah.
Kebiasaan ini sudah dipahami oleh sahabat bahkan oleh RasululLah Shallallahu `alaihi Wa Sallam, bahwa Sya’ban RA selalu berada di posisi tersebut termasuk saat sholat berjamaah.
Suatu pagi saat sholat subuh berjamaah akan dimulai RasululLah Shallallahu `alaihi Wa Sallam mendapati bahwa Sya’ban RA tidak berada di posisinya seperti biasa. Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam pun bertanya kepada jamaah yang hadir apakah ada yang melihat Sya’ban RA. Namun tak seorangpun jemaah yang melihat Sya’ban RA.
Sholat subuhpun ditunda sejenak untuk menunggu kehadiran Sya’ban RA. Namun yang ditunggu belum juga datang.
Khawatir sholat subuh kesiangan, Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam memutuskan untuk segera melaksanakan sholat subuh berjamaah.
Selesai sholat subuh, Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya apa ada yang mengetahui kabar dari Sya’ban RA.
Namun tak ada seorangpun yang menjawab.
Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya lagi apa ada yang mengetahui di mana rumah Sya’ban RA.
Kali ini seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia mengetahui persis di mana rumah Sya’ban RA.
Rasulullah Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang khawatir terjadi sesuatu dengan Sya’ban RA meminta diantarkan ke rumah Sya’ban RA.
Perjalanan dengan jalan kaki cukup lama ditempuh oleh Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam dan rombongan sebelum sampai ke rumah yang dimaksud.
Rombongan Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam sampai ke sana saat waktu afdol untuk sholat dhuha (kira-kira 3 jam perjalanan).
Sampai di depan rumah tersebut beliau Shallallahu `alaihi Wa Sallam mengucapkan salam. Dan keluarlah seorang wanita sambil membalas salam tersebut.
“ Benarkah ini rumah Sya’ban RA?” Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya.
“Ya benar, saya istrinya” jawab wanita tersebut. “
Bolehkah kami menemui Sya’ban RA, yang tadi tidak hadir saat sholat subuh di masjid?” .
Dengan berlinangan air mata istri Sya’ban RA menjawab:
“ Beliau telah meninggal tadi pagi”
InnaliLahi wainna ilaihirojiun…SubhanalLah , satu – satunya penyebab dia tidak solat subuh berjamaah adalah karena ajal sudah menjemputnya.
Beberapa saat kemudian istri Sya’ban bertanya kepada Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam,
“Ya Rasul ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali dengan masing–masing teriakan disertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya”.
“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam. Di masing–masing teriakannya dia berucap kalimat,
“Aduuuh, kenapa tidak lebih jauh.”
“Aduuuh, kenapa tidak yang baru.“
“Aduuuh, kenapa tidak semua.”
Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam pun melantukan ayat yang terdapat dalam surat Qaaf (50) ayat 22 yang artinya:
“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.“
Saat Sya’ban RA dalam keadaan sakratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bukan cuma itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Apa yang dilihat oleh Sya’ban RA (dan orang yang sakratul maut), tidak bisa disaksikan oleh yang lain.
Dalam pandangannya yang tajam itu Sya’ban RA melihat suatu adegan di mana kesehariannya dia pergi pulang ke Masjid untuk sholat berjamaah lima waktu.
Perjalanan sekitar 3 jam jalan kaki sudah tentu bukanlah jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula Sya’ban RA diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah–langkah nya ke Masjid.
Dia melihat seperti apa bentuk surga ganjarannya. Saat melihat itu dia berucap:
“Aduuuh, kenapa tidak lebih jauh.”
Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban RA, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih banyak dan surga yang didapatkan lebih indah.
Dalam penggalan berikutnya Sya’ban RA melihat saai ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin. Saat ia membuka pintu berhembuslah angin dinginyang menusuk tulang. Dia masuk kembali ke rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Jadi dia memakai dua buah baju.
Sya’ban RA sengaja memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut) di luar. Pikirnya jika kena debu, sudah tentu yang kena hanyalah baju yang luar, sampai di masjid dia bisa membuka baju luar dan solat dengan baju yang lebih bagus.
Dalam perjalanan ke tengah masjid dia menemukan seseorang yang terbaring kedinginan dalam kondisi yang mengenaskan.
Sya’ban RA pun iba , lalu segera membuka baju yang paling luar dan dipakaikan kepada orang tersebut dan memapahnya untuk bersama–sama ke masjid melakukan sholat berjamaah.
Orang itupun terselamatkan dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan sholat berjamaah.
Sya’ban RA pun kemudian melihat indahnya sorga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut.
Kemudian dia berteriak lagi :
“Aduuuh, kenapa tidak yang baru.“
Timbul lagi penyesalan di benak Sya’ban RA. Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yang begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.
Berikutnya Sya’ban RA melihat lagi suatu adegan saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke segelas susu. Bagi yang pernah ke tanah suci sudah tentu mengetahui sebesar apa ukuran roti arab (sekitar 3 kali ukuran rata-rata roti Indonesia)
Ketika baru saja hendak memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta diberikan sedikit roti karena sudah lebih 3 hari perutnya tidak diisi makanan. Melihat hal tersebut, Sya’ban RA merasa iba.
Ia kemudian membagi dua roti itu sama besar, demikian pula segelas susu itu pun dibagi dua. Kemudian mereka makan bersama–sama roti itu yang sebelumnya dicelupkan susu, dengan porsi yang sama.
Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian memperlihatkan ganjaran dari perbuatan Sya’ban RA dengan surga yang indah.
Ketika melihat itu diapun berteriak lagi:
“Aduuuh, kenapa tidak semua.”
Sya’ban RA kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut tentulah dia akan mendapat sorga yang lebih indah. Masyaallah.
*sumber: ArsipIslampos
Kamis, November 15, 2018
Kerja Bakti di Musholla Al Mubarok
Mengawali Program Kerjanya yang pertama kali Team Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan DKM Musholla Al Mubarok yang digawangi oleh Bapak Mulyadi, pada hari Ahad kemarin mendominasi kegiatan Kerja Bakti membersihkan lingkungan Musholla, dan nampak Bapak Ketua DKM juga ikut terjun langsung, sebetulnya sih kegiatan ini melibatkan semua pengurus, namun kali itu banyak yang berhalangan hadir, termasuk (admin), sedang ada keperluan lain, semoga di lain waktu bisa bergabung. Amiin.
Menyingkap Tabir Subuh di Masjid Jogokariyan
Sudah bukan rahasia lagi, shalat subuh di banyak masjid di Tanah Air hanya diikuti oleh segelintir jamaah. Namun, tidak demikian halnya dengan sebuah masjid kampung di Kota Yogyakarta.
Jika Anda kebetulan sedang berkunjung ke kota bersejarah yang menjadi ibu kota Provinsi DI Yogyakarta ini dan ingin merasakan langsung nikmatnya shalat subuh berjamaah seramai shalat Jumat, mampirlah ke Masjid Jogokariyan.
Di masjid Kampung Jogokariyan yang berjarak kurang dari setengah jam dengan kendaraan dari ikon wisata ternama Malioboro itu, Anda pasti menyaksikan realitas yang berbeda. Jamaah yang berjumlah ratusan orang memenuhi saf-saf yang ada di ruang utama maupun di pelataran kanan-kiri-dan belakang masjid.
Setidaknya, itulah yang disaksikan Antara tatkala berkesempatan menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid yang berdiri di tengah perkampungan Jogokariyan sejak setengah abad silam itu pada Kamis (13/10) dan Jumat (14/10) pagi.
Sekitar 20 menit sebelum muazzin mengumandangkan azan pada pukul 04.01 WIB, sejumlah pria yang umumnya berkain sarung dan berbaju koko telah tiba di ruang utama masjid yang terletak di Jalan Jogokariyan Nomor 36, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, ini.
Mereka yang terlebih dahulu tiba di masjid berlantai tiga yang berdiri sejak 1966 itu umumnya adalah warga setempat atau pendatang dari luar Kota Yogyakarta yang menginap di 11 kamar milik masjid yang disewakan kepada umum.
Beberapa menit sebelum dan setelah azan dikumandangkan, jamaah lain berduyun-duyun datang ke masjid baik dengan berjalan kaki maupun berkendaraan sepeda motor.
Sudah menjadi pemandangan biasa di pagi subuh, puluhan perempuan bermukena putih berjalan kaki menuju masjid dari rumah-rumah mereka.
Keramaian shalat subuh berjamaah di Masjid Jogokariyan itu semakin bertambah ketika pada Jumat subuh, rombongan Pemerintah Kota Salahlunto, Provinsi Sumatera Barat, berjumlah 104 orang, turut meramaikan shalat subuh di masjid tersebut.
Seperti lazim ditemui di masjid-masjid lain, setelah muazzin mengumandangkan azan, jamaah masjid yang berdiri di tengah perkampungan berpenduduk 907 kepala keluarga atau 2.973 jiwa ini juga masih berkesempatan mendirikan shalat sunnah untuk beberapa menit.
Setelah itu, muazzin mengumandangkan iqomah (panggilan kedua untuk shalat).
Pada Kamis pagi itu, yang bertindak sebagai imam adalah Salim A. Fillah, ustadz muda yang terkenal dengan ceramah-ceramahnya tentang Sirah Nabawiyah (sejarah Nabi Muhammad SAW) dan buku-buku Islami karyanya.
Seusai mengimami shalat yang turut diikuti Ketua Dewan Suro Takmir Masjid Jogokariyan HM Jazir ASP itu, penulis buku "Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan" (2003) ini mengisi kuliah subuh sekitar 15 menit.
Dalam kuliah subuhnya itu, ustadz kelahiran Yogyakarta 21 Maret 1984 ini menyampaikan kisah umrah dan haji Nabi Muhammad SAW serta pelajaran yang dapat diambil bagi kebaikan umat Muslim Indonesia yang hendak berhaji.
Seusai memberi kuliah subuh pada Kamis pagi itu, Salim A. Fillah segera diserbu sejumlah anggota jamaah untuk bersalaman. Di antara mereka itu adalah Aziz Cahya, warga Condet, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, yang menyalami Salim dan memintanya berfoto bersama.
Pemuda berusia 30 tahun ini mengatakan suasana shalat subuh berjamaah yang ramai seperti shalat Jumat di Masjid Jogokariyan ini sudah dirasakannya sejak menginap di kamar sewa milik masjid.
"Saya sudah tahu tahu lama tentang masjid ini tapi baru pertama kali tahu kalau masjid ini punya kamar yang disewakan. Saya lalu memutuskan untuk menginap di kamar sewa milik masjid yang dilengkapi pendingin ruangan, televisi, kasur besar, dan kamar mandi berair panas ini dengan harga Rp150 ribu per malam," katanya.
Sejak menginap di kamar sewa milik masjid dari Senin (10/10) sampai Kamis (13/10), dia mendapati suasana yang ramai seperti shalat Jumat setiap kali mendirikan shalat subuh di masjid yang menyandang predikat juara Lomba Masjid Besar Percontohan Daerah Istimewa Yogyakarta ini.
Keberhasilan pengurus Masjid Jogokariyan dalam gerakan shalat subuh berjamaah dan manajemen masjidnya ini menginspirasi komunitas Muslim dari luar Yogyakarta untuk menimba ilmu dan pengalaman.
Seperti dapat dilihat dari papan informasi yang terpampang di dinding dekat kantor sekretariat masjid, terlihat jadwal tamu-tamu dari luar kota yang berkunjung untuk melakukan studi banding tentang manajemen masjid dari para pengurus Masjid Jogokariyan ini.
Pada 4 Oktober, misalnya, masjid ini kedatangan 40 orang tamu dari rombongan Universitas Darussalam Gontor yang ingin melakukan studi banding.
Pada 6 Oktober, masjid ini menerima 40 orang tamu dari MT Az Zahroh, Tulungagung, dan 22 orang tamu dari Al Ukhuwah Bandung.
Berselang dua hari setelah kedatangan tamu dari Tulungagung dan Bandung itu, Masjid Jogokariyan yang memiliki imam-imam shalat berusia muda berlatar pendidikan sarjana dari universitas terbaik di Yogyakarta itu kembali menerima kunjungan dari pengurus Musholla At Taqwa, Sukoharjo.
Pada 14 Oktober pagi, giliran 104 anggota delegasi Pemerintah Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat, yang terdiri atas para camat, kepala desa, pengurus forum remaja masjid dan perangkat desa yang berkunjung ke masjid itu.
Rombongan dari Sumatera Barat yang dipimpin Sekretaris Daerah Kota Sawahlunto Rovanly Abdams itu diterima langsung Ketua Dewan Suro Takmir Masjid Jogokariyan HM Jazir ASP yang memberi pemaparan materi tentang manajemen masjid berdasarkan pengalaman nyata pengurus Masjid Jogokariyan.
Dalam sambutannya, Sekretaris Daerah Kota Sawahlunto Rovanly Abdams mengatakan kunjungan pihaknya ke Masjid Jogokariyan ini tidak hanya dimaksudkan untuk menggali ilmu dan pengalaman manajemen masjid tetapi juga bagaimana masjid ini berhasil dalam gerakan subuh berjamaahnya.
"Kita sudah me-'launching' (meresmikan) gerakan subuh berjamaah di masjid-masjid Sawahlunto dan kami mau belajar dari pengalaman Masjid Jogokariyan ini," katanya.
Kepala Desa Talawi Mudik Erizon mengatakan pemaparan Ketua Dewan Suro Takmir Masjid Jogokariyan HM Jazir ASP tentang manajemen masjid yang terbukti mampu memberdayakan masyarakat sekitar telah menginsiprasinya untuk melakukan hal sama di masjid dan surau di desanya.
Buah dari Proses Panjang
Buah dari Proses Panjang
Penuhnya saf-saf Masjid Jogokariyan pada waktu shalat subuh seperti sekarang ini tidak terjadi dengan sendirinya. Sebaliknya, realitas yang telah menginspirasi banyak komunitas Muslim dari luar Yogyakarta itu merupakan buah dari proses panjang pembinaan dan pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar masjid.
Ketua Dewan Suro Takmir Masjid Jogokariyan HM Jazir ASP menceritakan bahwa penataan masjid yang kini dijadikan model pemberantasan kemiskinan oleh Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini dimulai pada 1999.
Sebagai ketua umum takmir masjid yang dipilih langsung warga masyarakat ketika itu, dia bersama pengurus lainnya mulai menata manajemen dengan melakukan pendataan profil jamaah masjid guna mengetahui siapa saja yang sudah shalat dan yang belum shalat serta bagaimana kondisi kehidupan mereka.
Setelah proses pendataan warga Kampung Jogokariyan melalui sensus masjid tersebut rampung, dibuatlah peta dakwah dan ditetapkan pula visi, misi, dan rencana skenario lima tahun ke depan.
Berdasarkan data kependudukan dari hasil sensus masjid tersebut, pengurus mengetahui persis rumah-rumah warga yang belum mendirikan shalat. Mereka ini kemudian diberi pembinaan secara langsung di rumah-rumah mereka sehingga mereka tahu dan mau mendirikan shalat.
Untuk memenuhi kebutuhan mereka akan perlengkapan shalat, para pengurus masjid pun mencarikan para donator yang mau menyumbang. Langkah ini berhasil menurunkan jumlah warga yang tidak shalat dimana pada 2009, jumlahnya tinggal 27 orang, kata Jazir.
Melalui peta dakwah itu pula, basis data kependudukan Kampung Jogokariyan yang dimiliki pengurus masjid jauh lebih lengkap dari data yang dimiliki kelurahan karena pengurus Masjid Jogokariyan melakukan sensus masjid dua kali dalam setahun supaya mereka mengetahui persis kondisi jamaahnya.
Dari hasil studi pengurus tentang semua hal yang terkait dengan kondisi kehidupan masyarakat Muslim di sekitar masjid, lalu ditetapkanlah visi "Menuju Jogokariyan Kampung Islami" serta dibuat rencana strategis dan program-program kerja, katanya.
Menurut Jazir, para pengurus masjid harus menyusun rencana strategisnya terlebih dahulu karena visi dan misi sudah ditetapkan sebelum melangkah pada program-program kerja yang dijabarkan dalam rencana aksi.
"Jadi ada tahapan-tahapan untuk mencapai visi kita itu. Dan, bagaimana membuat kehadiran masjid sangat dibutuhkan masyarakat. Ini dimulai dengan mengubah 'mindset' (cara berfikir) pengurus bahwa masjid bukan sekadar tempat shalat," katanya.
Di zaman Nabi Muhammad SAW, masjid antara lain juga dijadikan "pusat pertolongan umat". Karenanya,
Dari pengalamannya bersama pengurus lain mengelola Masjid Jogokariyan sejak 1999 hingga menjadi seperti sekarang ini, terlihat bahwa setelah para pengurus mengubah cara berfikir mereka dan citra masjid di mata masyarakat tentang fungsi-fungsi masjid, Jazir mengatakan ada dua hal lain yang harus juga dipahami dengan baik.
Kedua hal tersebut adalah bagaimana takmir mengelola masjid yang dikaitkan dengan masyarakat Muslim yang hidup di sekitarnya dan bagaimana pula meraih keberhasilan dalam mewujudkan visi dan misi masjid mereka.
"Orang baru bisa percaya kalau kita (pengurus masjid-red.) bisa mempertanggungjawabkan amanah mereka," kata tokoh masjid yang suka mengenakan penutup kepala bermotif batik buatan pengrajin Yogyakarta ini.
Pada awal proses mengajak warga beramai-ramai mendirikan shalat subuh berjamaah di Masjid Jogokariyan pada 2005 untuk mencapai target 20 persen dari total jumlah jamaah shalat Jumat, pengurus mengirim undangan dengan desain seperti layaknya undan
Rabu, November 14, 2018
Pengajian Bulanan
Baru terbentuk langsung action itulah Bidang PHBI DKM Musholla Al Mubarok, Insya Allah Besok Ahad depan tanggal 18 November 2018/10 Rabi'ul Awal 1440 H, bertempat di Musholla Al Mubarok, akan diselenggarakan Pengajian Bulanan Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Pembicara akan diisi oleh Ustadz Muhammadun. LC. Mudah-mudahan acara berjalan dengan lancar. Amiin.
Selasa, November 13, 2018
Senin, November 12, 2018
Visi Misi
Menciptakan kenyamanan dalam beribadah dan berdakwah dengan cara bilhikmah sesuai dengan tuntunan Syariah Islam.
Misi:
Memakmurkan Musholla Al Mubarok, membuat program-program untuk menyebarkan Syiar Islam, mempererat silaturrahmi antar sesama Muslim khususnya di lingkungan warga Perumahan Kalisuren Paradise dan kaum Muslimin Muslimat pada Umumnya.
Jumat, November 09, 2018
Anak Tukang Becak Lulus ITB Cumlaude
Serang - Anak tukang becak, Herayati (23) yang lulus cum laude di ITB ingin jadi dosen di salah satu universitas di Banten. Keingininnya itu agar bisa dekat dengan orang tua. Hera, begitu ia disapa, ingin melanjutkan studi magister di ITB dengan jurusan yang sama yakni jurusan Kimia Fakultas MIPA. Hera mengaku saat ini ia sudah diterima untuk melanjutkan kuliahnya melalui siatem fast trek. "Udah ada pengumaman juga udah diterima di sana, untuk beasiswanya sudah apply tapi belum ada pengumuman," kata Hera kepada wartawan di kediamannya, Kotasari, Cilegon, Senin (23/7/2018). Cita-citanya untuk jadi dosen di Banten agar kelak ia bisa dekat dengan kedua orang tuanya. Selama kuliah, ia mengakui selalu rindu dengan kedua orang tuanya. Selain itu, kegemaraannya mengajar dan meneliti semakin memantapkan niatnya untuk menjadi dosen. Kedua hal itu menurutnya paling cocok disalurkan ke profesi dosen. "Suka mengajar dan suka meneliti Hera rasa yang cocok dua kesukaan itu ya jadi dosen itu," kata dia. Herayati lulus cum laude di ITB dengan IPK 3,77. Pada 2017, ia mendapat penghargaan dari pihak kampus karena meraih IP 4,00 saat dirinya semester 6.
Kamis, November 08, 2018
Rabu, November 07, 2018
Rapat Perdana Transisi DKM Musholla Al Mubarok
Langganan:
Postingan (Atom)